Senin, 23 April 2012

23 April, dalam sepi, menggores hati, sebuah guru membisikkan kata hati

Perempuan, Rumah Kenangan
Sebuah novel karangan M Aan Mansyur baru selesai ku baca, isinya bener2 penuh dengan sayat2 pelajaran hidup. Banyak hal yang bisa aku petik dari sini. Kehidupan itu harus jalan terus dengan segala konsekuensi dari apa yang telah kita putuskan. Keteguhan dari sebuah keputusan yang kita ambil adalah awal dari segala jalan hidup kita. Arah hidup kita, kita sendiri yang menentukan mau jadi orang baik atau menjadi orang munafik yang meninggalkan orang-orang baik. Itu semua pilihan. Sekali lagi itu semua pilihan hidup kita.

Kebahagiaan....
Setiap orang berhak mendapatkan apa yang dia inginkan termasuk kebahagiaan tapi apa yang kita sebut "kebahagiaan" itu terkadang hanya sebuah mimpi yang diberikan oleh orang yang pernah menemani hari-hari kita. Apa yang kita sebut kebahagiaan tak selamanya kita sebut kebahagiaan. Kebahagiaan yang pernah kita impi-impikan terkadang akan berbalik menjadi "hujan" dan "angin puyuh" bagi kehidupan kita. Tak ada yang abadi di dunia ini, kecuali satu kasih sayang seorang ibu-perempuan yang selalu mengajarkan banyak hal berharga dalam hidup kita.

Impian....
Setiap orang berhak mendapatkan apa yang ingin dia miliki  meskipun apa yang ingin dia miliki tak selamanya dapat ia pertahankan. Cinta dan kesetiaan dua hal yang sangat ingin dimiiliki oleh semua orang di seluruh jagad raya ini, tapi tak selamanya apa yang kita sebut cinta dan kesetiaan itu kita peroleh dari orang yang kita cintai. Perasaan seseorang tidak akan ada yang tahu kecuali Tuhan. Perasaan seseorang juga tidak bisa dipaksakan karena akan sangat sia-sia memaksakan perasaan pada orang yang tidak mau dan tidak akan pernah lagi menginginkan kita. Apa yang terjadi pada hidup ini adalah suratan takdir yang sudah diatur oleh Sang Maha Kuasa. Setiap hal dalam hidup ini telah diatur dengan detail dan rapi oleh Tuhan termasuk jodoh. Takdir Tuhan tak ada yang tahu,kita sebagai manusia hanya bisa berusaha.

Kenangan....
Menjalani hari-hari bersama orang yang kita cintai kan sangat indah jika bisa berlangsung sampai pernikahan. Namun, jika hubungan kita dan dia tidak bisa sampai ke ujung jalan yang sakral itu, semua yang pernah kita jalani dengan dia hanya akan menjadi sebuah kenangan.Tinggal bagaimana kita menjalani hari-hari kita dengan kenangan itu, apakah menjadi jinak atau mati terjerat dalam sejenak.

       "Aku tak akan pernah mau mencoba menipu kenangan dengan melupakannya, sebab        kenangan punya banyak cara untuk menjerat lalu membunuh kita. Sesungguhnya manusia tidak lebih dari seekor binatang bodoh dan lemah di hadapan kenangan. Hanya ada dua pilihan; menjadi jinak atau mati terjerat dalam sejenak. Perempuan itu memilih melawan kenangan, dan itu artinya ia tinggal menanti saatnya tiba ia mati terjerat. Aku memilih menjadi jinak, menjadi binatang piaraan kenangan. Aku dibuatkannya rumah yang begitu nyaman untuk ditempati, rumah kenangan."

Petikan salah satu paragraf dalam novel ini-yang menurut aku sangat dalam artinya-mengisyaratkan kita agar jangan pernah menghindari kenangan karena kenangan adalah bagian dari hidup kita. Tanpa kenangan hidup kita akan hamar tak ada maknanya, tak ada pelajaran yang dapat kita petik, tak ada detail dari hidup kita yang dapat kita tuliskan dalam sebuah kertas dan kita bisikkan pada orang lain.

Semua pelajaran yang aku dapatkan dari novel ini,akan menjadi inspirasi dalam menjalani hari-hariku kedepan. Aku berharap ada ratusan bahkan jutaan orang yang dapat mengambil pelajaran berharga dari apa yang dia lihat, dengar dan rasakan seperti aku yang berhasil mengambil pelajaran yang sangat berharga dari novel ini.