A.Definisi
Laut dalam merupakan seluruh zona yang berada di bawah zona eufotik (zona bercahaya), mencakup zona batipelagis, abisal dan hadal (Nontji, 2002). Selain itu, laut dalam juga diartikan sebagai bagian dari lingkungan bahari yang terletak di bawah kedalaman yang dapat diterangi sinar matahari di laut terbuka dan lebih dalam dari paparan benua (>200m) (Nybakken, 1992).
B.Zonasi/Distribusi
Zonasi pada laut dalam didasarkan pada dua hal yaitu perubahan kedalaman atau suhu serta kelimpahan, distribusi atau asosiasi spesies.
C.Karakteristik
1.Kurang atau miskin makanan
2.Kurang atau sekali tidak ada cahaya
3.Tekanan sangat tinggi
4.Minim oksigen
5.Organisme sebagian besar karnivor
D.Adaptasi
Sverdrup et.al 1963, Lager et.al 1962) dan 3 cara penyesuaian (adaptasi) yaitu : tractile structure, food procuring contrivance, dan light production.
1.Tractile structure adalah perubahan anggota tubuh untuk mengatasi keadaan gelap. Misalnya perubahan tubuh menjadi panjang, kecil sehingga ekornya seperti benang, penjuluran sirip-sirip menjadi panjang sekali kadang-kadang sampai dua kali panjang tubuh mula-mula. Bagian ujuang dari pada penjuluran tersebut terdapat alat perasa yang berfungsi sebagai alat peraba mencari mangsa. Umumnya ikan-ikan seperti ini mendiami daerah abyssopelagic yang menurut Sverdrup et.al (1964) seperti Macropharinx langicandatus, Malacostus indicus, dan Lynopryne macrodon. Sedangkan untuk jenis epibentos, sesuai dengan tubuhnya yang lunak, kaki binatang dasar ini sering mempuyai appendages yang panjang, spine dan stalk. Alat-alat tersebut dibutuhkan untuk gerakannya. Contohnya tripod fish, lamp shell, dan erinoid.
2.Food procuring contrivance yaitu suatu usaha untuk memperoleh dan menyimpan makanan. Ikan jenis ini mempunyai mulut yang besar (rahangnya dapat melentur elastis), perut elastis sehingga mampu menelan mangsa 3 kali lebih besar dari padanya. Contoh jenis ini adalah Chauliodus sp., Malacostes sp.,Chiamous sp., Macropharynx sp., Eurypharinx sp.,dan viperfish.
3.Light production adalah penyesuaian untuk meperoleh cahaya. Sering disebut bioluminescence, yaitu cahaya yang dikeluarkan oleh organ tubuh suatu organ tubuh suatu organisme terutama ikan. Seperti sel dalam (intra celluler luminescence), kelenjar kulit (extra celluler luminescence), dan simbiose bakeri (luminescence bacteria symbiont) yaitu simbiose antara ikan dengan bakteri yang mengerluarkan sinar. Fungsi sinar dikeluarkan, bagi ikan laut dalam antara lain:
a.Untuk menari perhatian mangsa
b.Untuk menerangi lingkungan sekitarnya, dan
c.Untuk mengejutkan serta menghindari diri dari musuh. Sebagai contoh lanternfishes (Myctophiformes sp), Malacocephalus leavis, Edriolychenes achimiati, dan belut laut dalam (Synaphobranchus sp.).
E.Organisme yang Berasosiasi
Organisme pada Laut dalam sebagian besar merupakan organisme bentik (polychaeta, arthopoda, mollusca, dan echinodhermata) yang hidup pada detritus dalam sedimen. Spesies ikan yang hidup pada Laut dalam merupakan scavenger dan predator yang berdiversitas tinggi.
F.Faktor-faktor yang mengendalikan
1.Konsentrasi Makanan
Konsentrasi makan yang larut pada laut dalam relatif rendah Pada umumnya konsentrasi makanan berkurang dengan bertambahnya kedalaman laut.
2.Radiasi Matahari
Selain berasal dari organisme yang tergolong dalam bioluminiscence ( yang dapat memproduksi cahaya dari salah satu organ tubuhnya), sumber cahaya di laut dalam juga berasal dari radiasi matahari. Intensitas cahaya dari radiasi matahari semakin berkurang dengan semkin bertambahnya kedalaman, karena absorbsi oleh partikel-partikel air laut dan suspensi material yang larut dalam air (yang berperan dalam memantulkan cahaya yang masuk). Hunter dan Russel (1970) mengatakan bahwa cahaya yang masuk dalam air pada kedalam 3,5m mencapai 50% dari radiasi total yang tiba di permukaan, 10 % pada kedalamn 8m, dan 1% pada kedalaman 100m. Sedangkan pada kedalaman lebih dari 200m cahaya sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali.
3.Tekanan
Pada laut dalam setiap pertemabahan kedalaman 10m maka tekanan naik 1 atmosfer (Sverdrup et al., 1964).
4.Suhu
Suhu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap organisme laut. Lagler et al (1962) mengatakan bahwa umumnya suhu pada zone mesopelagic berkisar 100C, zone bathypelagic berkisar antara 4-20C pada kedalaman 2000m sedangkan pada zone abyssopelagic dari 40C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar