Jumat, 21 Januari 2011

Mangrove

A.Definisi
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae,1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan “mangrove” untuk individu tumbuhan.

B.Zonasi/Distribusi
Penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Bengen (2001) menyebutkan salah satu tipe zonasi hutan mangrore di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.
2.Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
3.Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.
4.Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.
Sementara Macnae (1966) dalam Santoso (2000), membagi zonasi mangrove sebagai berikut :
1.menuju ke darat
(a)zone Ceriops semak belukar
(b)zone Bruguiera hutan
(c)zone Rhizophora hutan
2.menuju ke laut
(a)Avicennia zone
(b) Sonneratia zone

C. Karakteristik
1.Tumbuh di atas perairan payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut
2.Mampu bertahan pada lingkungan dengan konsentrasi garam tinggi
3.Mempunyai Spesialisasi Akar
4.Reproduktif

D.Adaptasi
Menurut Bengen (2001) tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan. Bentuk adaptasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah,
Habitat dengan kadar oksigen yang rendah menyebabkan mangrove memiliki bentuk perakaran yang khas yaitu bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya : Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara dan bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp.).
2.Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi
Bentuk adaptasinya diataranya:
-Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.
-Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam.
-Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
3.Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut
Bentuk adaptasiya dengan cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

E.Organisme yang Berasosiasi
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).

F.Faktor-faktor yang mengendalikan
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove di suatu lokasi adalah :
1.Fisiografi pantai (topografi)
Pada pantai yang landai, komposisi ekosistem mangrove lebih beragam jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal ini disebabkan karena pantai landai menyediakan ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya mangrove sehingga distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pada pantai yang terjal komposisi, distribusi dan lebar hutan mangrove lebih kecil karena kontur yang terjal menyulitkan pohon mangrove untuk tumbuh.
2.Pasang (lama, durasi, rentang)
Pasang yang terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan zonasi tumbuhan dan komunitas hewan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Secara rinci pengaruh pasang terhadap pertumbuhan mangrove dijelaskan sebagai berikut:
a.Lama pasang
-Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempengaruhi perubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada saat pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut
-Perubahan salinitas yang terjadi sebagai akibat lama terjadinya pasang merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi spesies secara horizontal.
-Perpindahan massa air antara air tawar dengan air laut mempengaruhi distribusi vertikal organisme
b.Durasi pasang :
-Struktur dan kesuburan mangrove di suatu kawasan yang memiliki jenis pasang diurnal, semi diurnal, dan campuran akan berbeda.
-Komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi berbeda menurut durasi pasang atau frekuensi penggenangan. Misalnya : penggenagan sepanjang waktu maka jenis yang dominan adalah Rhizophora mucronata dan jenis Bruguiera serta Xylocarpus kadang-kadang ada.
c.Rentang pasang (tinggi pasang):
-Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata menjadi lebih tinggi pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan sebaliknya
-Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan panjang pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.
3.Gelombang dan arus
-Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem mangrove.
Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus yang cukup besar biasanya hutan mangrove mengalami abrasi sehingga terjadi pengurangan luasan hutan.
-Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap distribusi spesies misalnya buah atau semai Rhizophora terbawa gelombang dan arus sampai menemukan substrat yang sesuai untuk menancap dan akhirnya tumbuh.
-Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di muara sungai. Terjadinya sedimentasi dan padatan-padatan pasir ini merupakan substrat yang baik untuk menunjang pertumbuhan mangrove
-Gelombang dan arus mempengaruhi daya tahan organisme akuatik melalui transportasi nutrien-nutrien penting dari mangrove ke laut. Nutrien-nutrien yang berasal dari hasil dekomposisi serasah maupun yang berasal dari run off daratan dan terjebak di hutan mangrove akan terbawa oleh arus dan gelombang ke laut pada saat surut.
4.Iklim (cahaya,curah hujan, suhu, angin)
Iklim mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik (substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertimbuhan mangrove melalui cahaya, curah hujan, suhu, dan angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a.Cahaya
-Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi, fisiologi, dan struktur fisik mangrove
-Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day plants yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga sesuai untuk hidup di daerah tropis) pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove
-Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada di bawah naungan sinar matahari lebih kecil dan sedangkan laju kematian adalah sebaliknya
-Cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan germinasi dimana tumbuhan yang berada di luar kelompok (gerombol) akan menghasilkan lebih banyak bunga karena mendapat sinar matahari lebih banyak daripada tumbuhan yang berada di dalam gerombol.
b.Curah hujan
-Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan tumbuhan mangrove
-Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air, salinitas air dan tanah
-Curah hujan optimum pada suatu lokasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah yang berada pada kisaran 1500-3000 mm/tahun
c.Suhu
-Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi)
-Produksi daun baru Avicennia marina terjadi pada suhu 18-20 oC dan jika suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang
d.Angin
-Angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus
-Angin merupakan agen polinasi dan diseminasi biji sehingga membantu terjadinya proses reproduksi tumbuhan mangrove
5.Salinitas
-Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10-30 ppt
-Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan
-Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan dalam keadaan pasang
-Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
6.Oksigen terlarut
-Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah karena bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan oksigen untuk kehidupannya.
-Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan fotosintesis
-Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari dan kondisi terendah pada malam hari
7.Substrat
-Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan mangrove. Rhizophora mucronata dapat tumbuh baik pada substrat yang dalam/tebal dan berlumpur. Sementara Avicennia marina dan Bruguiera hidup pada tanah lumpur berpasir.
-Tekstur dan konsentrasi ion mempunyai susunan jenis dan kerapatan tegakan
Misalnya jika komposisi substrat lebih banyak liat (clay) dan debu (silt) maka
tegakan menjadi lebih rapat
8.Hara
Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara anorganik (P,K,Ca,Mg,Na) dan organik yang terdiri dariAllochtonous dan Autochtonous (fitoplankton, bakteri, alga).

G.Manfaat
Fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove menurut Santoso dan Arifin, (1998) :
1. Fungsi ekologis :
-pelindung garis pantai dari abrasi,
-mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan,
-mencegah intrusi air laut ke daratan,
-tempat berpijah aneka biota laut,
-tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan serangga,
-sebagai pengatur iklim mikro.
2. Fungsi ekonomis :
-penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan
-makanan, obat-obatan),
-penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit, pewarna),
-penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung,
-pariwisata, penelitian, dan pendidikan.

H.Ancaman
Menurut Berwick (1983) dalam Dahuri, et al., (1996), ada beberapa hal yang mengancam kelestarian ekosistem mangrove yaitu:
1.Tebang habis
2.Pengalihan aliran air tawar, misalnya pada pembangunan irigasi
3.Konversi menjadi lahan pertanian, perikanan
4.Pembuangan sampah cair (Sewage)
5.Pembuangan sampah padat
6.Pencemaran minyak akibat terjadinya tumpahan minyak dalam jumlah besar.

2 komentar:

mystoryoflive mengatakan...

gan mnta dapusnya or jurnalnya Macnae,1968 dalam Supriharyono, 2000 dunk?
thx

mystoryoflive mengatakan...

gan mnta dapus or jurnalnya Macnae,1968 dalam Supriharyono, 2000 dunk?
thx