Jumat, 21 Januari 2011

seagrass

A.Definisi
Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam dalam laut (Romimohtarto dan Juwana, 2007). Sementara Wicaksana (2009) menyatakan bahwa lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air laut.

B.Zonasi/Distribusi
Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur-berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang (Effendi, 2009). Di Indonesia ditemukan jumlah jenis lamun yang relatif lebih rendah dibandingkan Filipina, yaitu sebanyak 12 jenis dari 7 marga (Romimohtarto dan Juwana, 2007).

C.Karakteristik
1.Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir, pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang
2.Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung
3.Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan
4.Mampu melakukan proses metabolisme termasuk daur generatif secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air
5.Mampu hidup di media air asin
6.Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik
7.Akar berkembang dari rhizome dan bagian teredah dari short shoots
8.Daunnya berbentuk seperti pita
9.Penyerbukkan dilakukan dengan media air (hydrophyllous).

D.Adaptasi
1.Mampu beradaptasi pada lingkungan dengan salinitas sedang
2.Mempunyai sistem sauh (anchoring) yang menahan dari aksi gelombang dan arus pasang surut.
E.Organisme yang Berasosiasi
Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, crustasea, molusca (Pinna sp., Lambis sp., dan Strombus sp.), Echinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) dan cacing (Polychaeta) (Bengen, 2001). Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenis lamun, di mana di Indonesia ditemukan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu Hydrocharitaceae, dan Potamogetonaceae (Romimohtarto dan Juwana, 2007).

F.Faktor-faktor yang mengendalikan
1.Suhu
Suhu dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun Pada kisaran suhu 25 - 30°C fotosintesis bersih akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Demikian juga respirasi lamun meningkat dengan meningkatnya suhu, namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5-35°C.
2.Salinitas
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang tua dapat menoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Ditambahkan bahwa Thalassia ditemukan hidup dari salinitas 3,5-60 °°/o, namun dengan waktu toleransi yang singkat. Kisaran optimum untuk pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 °°/o.
3.Kekeruhan
Kekeruhan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan lamun karena dapat menghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh lamun untuk berfotosintesis masuk ke dalam air. Kekeruhan dapat disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi, baik oleh partikel-partikel hidup seperti plankton maupun partikel-partikel mati seperti bahan-bahan organik, sedimen dan sebagainya.
4.Kedalaman
Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal. Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman 30 m.
5.Nutrien
Unsur N dan P sedimen berada dalam bentuk terlarut di air antara, terjerap/dapat dipertukarkan dan terikat. Hanya bentuk terlarut dan dapat dipertukarkan yang dapat dimanfatkan oleh lamun.
6.Substrat
Tipe substrat dapat mempengaruhi standing crop lamun.

G.Manfaat
Peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
1.Sebagai produsen primer
2.Sebagai habitat biota
3.Sebagai penangkap sedimen
4.Sebagai pendaur zat hara
Selanjutnya Philips & Menez (1988) mengatakan bahwa, lamun juga sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern. Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
1.Digunakan untuk kompos dan pupuk
2.Cerutu dan mainan anak-anak
3.Dianyam menjadi keranjang
4.Tumpukan untuk pematang
5.Mengisi kasur
6.Ada yang dimakan
7.Dibuat jaring ikan
Sedangkan pada zaman modern, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1.Penyaring limbah
2.Stabilizator pantai
3.Bahan untuk pabrik kertas
4.Makanan
5.Obat-obatan dan sumber baha kimia
6.Sumber bahan kimia.

H.Ancaman terhadap organisme/zonasi
1.Kerusakan secara fisik (dredging, prop scars/blowouts)
2.Eutrofikasi
3.Salinity stress
4.Temperature stress

Tidak ada komentar: